7 Bahaya Sukrosa pada Anak dan Cara Membatasinya
Konsumsi sukrosa berlebih bisa memicu masalah kesehatan pada anak, seperti gigi berlubang, obesitas, dan gangguan pencernaan dan kognitif. Kabar baiknya, asupan sukrosa anak bisa dikendalikan sejak dini.
Ditulis oleh :
Tim Penulis

Sukrosa adalah nama lain dari gula pasir yang sering ditambahkan dalam berbagai makanan dan minuman. Yuk, mulai sadari bahaya sukrosa jika dikonsumsi anak secara berlebihan dan cara bijak membatasi asupannya!
Bahaya Sukrosa Berlebih pada Anak
Sukrosa sering ditemukan dalam makanan manis seperti es krim, sereal, dan permen. Sukrosa juga bisa ditemukan dalam susu. Jika dikonsumsi berlebihan, inilah efek negatif sukrosa yang mungkin timbul:
1. Mengganggu Pencernaan
Penelitian oleh American Gastroenterological Association pada 2022 menunjukkan, konsumsi sukrosa yang berlebihan dapat mengacaukan keseimbangan komposisi bakteri baik dalam usus.
Bila keseimbangan bakteri baik terganggu, bakteri berbahaya dapat mengambil alih untuk menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakit perut, diare, sembelit, kembung, sindrom iritasi usus besar (IBS), atau radang usus (IBD).
2. Membuat Mood Tidak Stabil
Anak sering rewel dan tantrum tanpa sebab yang jelas adalah salah satu bahaya sukrosa yang belum banyak disadari orang tua.
Terlalu banyak gula bisa membuat energi naik dengan cepat lalu turun drastis, sehingga anak mudah marah atau sedih. Asupan gula berlebih juga bisa menyebabkan peningkatan aktivitas pada bagian otak amigdala.
Gangguan pada amigdala akibat konsumsi sukrosa berlebih juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi pada anak.
Baca Juga: Batas Konsumsi Gula Per Hari untuk Anak
3. Ganggu Fungsi Kognitif
Sukrosa juga memengaruhi kerja hipokampus, bagian otak yang bertanggung jawab terhadap fungsi memori, kemampuan belajar, dan memahami bahasa yang didengar.
Konsumsi gula berlebihan pada anak dapat menyebabkan peradangan di otak dan mengganggu fungsi neuron, yang melemahkan kemampuan belajar, memori, dan kesulitan menjaga fokusnya.
Studi juga menunjukkan asupan gula tinggi dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif jangka panjang atau sampai si Kecil menginjak usia dewasa.
4. Risiko Obesitas dan Gangguan Metabolisme
Berbagai studi telah menunjukkan bahaya sukrosa terhadap peningkatan risiko obesitas dan gangguan metabolisme pada anak.
Kelebihan gula dalam tubuh disimpan sebagai lemak di perut, pinggang, dan hati, yang berpotensi memicu penyakit seperti diabetes dan perlemakan hati non-alkohol (NAFLD).
Selain itu, konsumsi gula berlebih membuat anak lebih rentan terhadap resistensi insulin, yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.
5. Gangguan Perilaku
Gula dapat memberikan energi yang diperlukan otak. Akan tetapi, konsumsi gula berlebih dapat membuat otak bekerja terlalu cepat dan aktif sehingga menyebabkan anak bertindak lebih impulsif.
Akibatnya, otak si Kecil kesulitan mengatur fokus, menjaga konsentrasi, dan mengendalikan dorongan untuk bertindak atau berperilaku tanpa berpikir panjang.
Baca Juga: Perbedaan Laktosa vs. Sukrosa dalam Susu dan Dampaknya pada Anak
6. Kerusakan Gigi
Bahaya sukrosa berlebihan bagi gigi dan mulut anak tentu sudah tak asing lagi didengar.
Konsumsi makanan atau minuman tinggi gula secara berlebihan adalah penyebab utama gigi berlubang. Hal ini terjadi karena bakteri di mulut mengubah gula menjadi asam yang merusak enamel gigi.
Jadi, semakin banyak gula yang dikonsumsi, semakin cepat bakteri berkembang dan mempercepat kerusakan gigi si Kecil.
7. Penurunan Nafsu Makan
Sering kali, makanan dan minuman tinggi gula menggantikan asupan makanan bergizi yang lebih dibutuhkan tubuh anak.
Ini karena anak umumnya lebih suka makanan dan minuman dengan kadar sukrosa berlebih daripada makanan sehat dengan gizi seimbang. Padahal, makanan tinggi gula umumnya memiliki kandungan gizi yang rendah.
Akibatnya, anak dapat mengalami kekurangan nutrisi, vitamin, dan mineral penting untuk tumbuh kembang yang optimal.
Cara Membatasi Asupan Gula Berlebih pada Anak
Menurut WHO, anak kurang dari 2 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan, sementara anak usia 2-18 tahun hanya boleh maksimal 6 sendok teh per hari. Berikut adalah cara membatasi konsumsi gula anak:
1. Kenali Sumber Sukrosa Tersembunyi
Banyak produk makanan dan minuman kemasan mengandung sukrosa tersembunyi. Maka, selalu periksa kandungan gizinya sebelum membeli.
Perhatikan nama bahan makanan atau minuman seperti sirup jagung, maltosa, atau karamel karena itu semua pada dasarnya adalah gula.
2. Ganti Gula dengan Alternatif Sehat
Gunakan pemanis alami seperti madu, kurma, ekstrak buah asli, bubuk kayu manis, atau buah segar potong untuk menggantikan sukrosa dalam makanan atau minuman anak.
Ibu juga bisa ganti susu anak ke susu pertumbuhan rendah gula supaya lebih tenang dari bahaya sukrosa. Salah satu pilihan terbaiknya adalah Bebelac Gold dengan kandungan 0 gram sukrosa.
Bebelac Gold adalah pilihan susu formula rendah gula terbaik untuk anak karena diformulasikan dengan Advansfibre + Comfort (FOS, GOS, inulin, dan pati jagung), DHA yang lebih tinggi, serta 14 vitamin dan 9 mineral penting. Dukung pencernaan nyaman dan mood si Kecil yang baik, serta kurangi rewel hingga 40%.
Baca Juga: Apa Perbedaan Bebelac 3 dan Bebelac Gold? Cek di Sini!
3. Terapkan Pola Makan Seimbang
Pastikan anak mengonsumsi makanan dengan gizi berkualitas yang kaya protein, serat, vitamin, mineral, dan lemak sehat untuk mengurangi keinginan mengonsumsi makanan manis berlebih.
Memang sebaiknya selalu sediakan makanan dan minuman sehat supaya anak tidak minta jajan yang manis-manis.
4. Bangun Kebiasaan Makan yang Sehat Sejak Dini
Supaya anak senang makan sehat, Ibu dan Ayah harus memberi contoh makan yang sehat juga. Selain itu, biasakan untuk makan bersama secara rutin dengan menyajikan beragam makanan dan minuman sehat.
Agar lebih yakin dalam mengambil keputusan terbaik untuk pola makan dan kesehatan si Kecil, yuk, gabung jadi member Bebeclub untuk dapatkan beragam informasi, panduan, dan dukungan spesial bagi setiap fase pertumbuhan anak.