Memahami Status Gizi Anak dan Cara Menghitungnya

Status gizi anak adalah aspek penting yang harus dipantau secara rutin untuk memastikan perkembangan si Kecil sehat dan optimal. Mengeta...

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
16 Nov 2023
Anak menimbang berat badan.


Status gizi anak adalah aspek penting yang harus dipantau secara rutin untuk memastikan perkembangan si Kecil sehat dan optimal. Mengetahui status gizi merupakan langkah awal dalam mendeteksi potensi masalah kesehatan seperti stunting, wasting, dan overweight. Cari tahu informasi selengkapnya seputar status gizi pada anak di artikel ini ya, Bu.

‌Apa Itu Status Gizi Anak?

Status gizi anak adalah indikator yang digunakan WHO untuk mengukur pertumbuhan anak  dan menentukan kebutuhan gizinya. Status gizi dinilai dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan standar antropometri anak.

Skor status gizi dapat berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak. Penilaian status gizi ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan di posyandu atau oleh dokter anak.

Pentingnya Memahami Status Gizi pada Anak

Dengan memahami status gizi, Ibu dapat menilai apakah si Kecil sudah mendapatkan asupan gizi yang cukup atau belum.

Asupan nutrisi harian yang cukup tidak hanya menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan fisik anak tapi juga untuk mengoptimalkan perkembangan fungsi otaknya. Kecukupan gizi harian juga dapat membantu melindungi anak dari berbagai penyakit dan mendukung kesehatan mental yang baik.

Jika asupan gizi si Kecil tidak terpenuhi dengan baik, banyak sekali masalah pertumbuhan yang akan dialaminya, salah satunya stunting. Kondisi ini disebabkan kekurangan gizi kronis yang terjadi secara berkelanjutan dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) si Kecil. Hal ini dapat bersifat permanen atau sulit untuk diperbaiki lagi jika tidak ditangani, terutama setelah anak mencapai usia 2 tahun.

Baca Juga: Tips Menerapkan Pola Hidup Sehat dan Makanan Sehat Bergizi untuk Anak 

bebe 3

Bagaimana Cara Mengukur Status Gizi Anak?

Untuk menilai apakah pertumbuhan anak normal atau tidak, penting untuk melihat tidak hanya perbandingan berat badan dan panjang badan (B/P), tetapi juga perkembangan berat badan dan panjang badan sesuai dengan usianya. 

Status gizi dapat dinilai dengan menggunakan standar Antropometri yang telah disusun oleh WHO. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi atau menentukan status gizi dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan si Kecil.

Berikut ini cara menghitung status gizi anak berdasarkan metode antropometri.

1. Berat Badan Menurut Usia (BB/U)

Menghitung status gizi dapat dilakukan dengan cara menilainya melalui berat badan anak dari tahun ke tahun dengan menggunakan tabel pengukuran berat badan sesuai usia.

Ibu dapat menggunakan metode sederhana dengan membagi berat badan anak dengan usia saat ini. Pengukuran ini penting karena berat badan ideal anak seharusnya sesuai dengan usianya. Metode ini digunakan untuk menilai apakah anak memiliki berat badan yang kurang atau bahkan sangat kurang untuk usianya.

Sebagai contoh, jika berat badan anak adalah 15 kilogram dan usianya 5 tahun, maka berat badan tersebut perlu dibandingkan dengan standar pertumbuhan anak usia 5 tahun. Jika hasil perbandingan menunjukkan angka yang jauh dari standar, maka ini bisa menjadi indikasi bahwa anak mungkin mengalami masalah gizi yang perlu segera diatasi.

Berikut indikator status gizi anak sesuai dengan standar WHO pengukuran BB/U.

  • Berat badan sangat kurang: <-3 SD (Standar Deviasi).

  • Berat badan kurang: -3 SD sampai dengan <-2 SD.

  • Berat badan normal: -2 SD sampai dengan +1 SD.

  • Risiko berat badan lebih > +1 SD.

2. Tinggi Badan Menurut Usia (TB/U)

Indikator ini diterapkan pada anak-anak usia 0-60 bulan dengan tujuan mengukur pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak sesuai dengan usianya.

Hasil pengukuran TB/U anak mencerminkan pertumbuhan massa tulang yang dipengaruhi oleh asupan gizi. Oleh karena itu, tinggi badan atau panjang badan digunakan sebagai parameternya.

Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang memiliki pertumbuhan pendek (stunting) atau pertumbuhan sangat pendek (severely stunted), yang bisa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama atau sering mengalami penyakit. Cara menghitungnya dengan mengukur panjang atau tinggi badan dibagi dengan usia si Kecil saat ini.

Berikut indikator status gizi menurut WHO pengukuran PB/U atau TB/U.

  • Sangat pendek: <-3 SD.

  • Pendek: -3 SD sampai dengan <-2 SD.

  • Normal: -2 SD sampai dengan +3 SD.

  • Tinggi: > +3 SD.

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB atau BB/PB)

Indikator berikut dapat memperlihatkan apakah berat badan anak sebanding dengan pertumbuhan panjang atau tingginya.

Pengukuran BB/TB dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah anak mengalami masalah kekurangan gizi, gizi buruk, atau bahkan risiko kelebihan gizi. Kondisi gizi buruk sering kali disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi, baik secara akut maupun kronis.

Untuk menentukan status gizi si Kecil, Ibu dapat mengukurnya dengan menghitung berat badan dibagi tinggi badan (BB/TB) atau panjang badan (BB/PB) si Kecil. Berikut indikator status gizi menurut WHO sebagai cara menghitung status gizi dengan BB/TB atau BB/PB.

  • Gizi buruk: <-3 SD.

  • Gizi kurang: -3 SD sampai dengan <-2 SD.

  • Gizi baik: -2 SD sampai dengan +1 SD.

  • Berisiko gizi lebih >+1 SD sampai dengan +2 SD.

  • Gizi lebih >+2 SD sampai dengan +3 SD

  • Obesitas >+3 SD

4. Indeks massa tubuh menurut usia (IMT/U) 

Menilai status gizi juga dapat menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh yang disesuaikan dengan usia (IMT/U).

Dalam bentuk grafis, IMT/U cenderung memberikan hasil yang serupa, tetapi indikator ini lebih sensitif dalam mendeteksi anak yang mengalami masalah gizi berlebih atau obesitas.

Anak-anak dengan IMT/U di atas ambang batas +1 SD berada pada risiko gizi berlebih dan perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut untuk mencegah terjadinya obesitas. 

Baca Juga: Anak Susah Makan? Ini Cara Ampuh Mengatasinya 

Bagaimana Cara agar Status Gizi Anak Tetap Baik?

Dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, angka stunting nasional mengalami penurunan dari 24,4% menjadi 21.6%. 

Meskipun terjadi penurunan yang cukup signifikan, angka tersebut masih terbilang tinggi, Bu, karena menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak di Indonesia mengalami stunting. Ini menimbulkan keprihatinan karena stunting memiliki dampak kesehatan jangka panjang yang serius pada perkembangan anak.

Untuk itulah, Ibu perlu rutin untuk mengukur status gizi si Kecil sejak dini agar terhindar dari stunting. Jadi, tidak ada salahnya mengajak si Kecil rutin mengecek kesehatan di rumah sakit, bidan, atau posyandu hingga anak tumbuh dewasa. Semakin cepat ditangani, akan semakin baik untuk pertumbuhan anak.

Ketika rutin melakukan pemeriksaan, Ibu akan selalu mendapat catatan tumbuh kembang si Kecil sesuai usianya. Maka dari itu, pahami kurva pertumbuhan anak dengan seksama. Hal itu akan ditulis pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), sehingga jika ada kelainan pada tumbuh kembangnya dapat segera ditangani sejak dini.

Agar gizi anak tetap optimal, Ibu dapat melakukan beberapa cara di bawah ini.

  • Memberikan ASI eksklusif minimal selama 6 bulan. Sebab, ASI menjadi sumber utama nutrisi bagi si Kecil sejak lahir.

  • Memberikan si Kecil makanan yang bergizi seimbang. Ini mencakup zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein hewani, protein nabati, zat besi, serta serat dan prebiotik untuk menjaga kesehatan fungsi pencernaan dalam menyerap gizi makanan.

  • Melengkapi imunisasi anak sesuai jadwal dengan anjuran WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Sebab, pemberian imunisasi akan merangsang kekebalan tubuh anak agar terhindar dari berbagai penyakit.

  • Rutin menjaga kebersihan lingkungan sekitar, karena lingkungan yang kurang bersih dapat menjadi faktor pemicu anak rentan terkena penyakit.

Baca Juga: Ragam Nutrisi Anak agar Pencernaan Si Kecil Baik

Yang terpenting, agar status gizi anak dan tumbuh kembangnya optimal, Ibu harus selalu penuhi kebutuhan makanannya lewat menu makan bergizi seimbang.

Jangan lupa juga Dukung Awal Semua Kehebatan si Kecil dengan melalui pemberian susu Bebelac 3 GroGreat+ yang dilengkapi kandungan FOS:GOS 1:9 yang teruji klinis serta Triple A (DHA, LA, ALA) untuk mendukung saluran cerna si Kecil (happy tummy), meningkatkan akal kreatif (happy brain), dan menjaga suasana hati (happy heart). 

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Ibu


Temukan Topik Lainnya

  1. Pentingnya Mengukur Status Gizi Anak secara Rutin. (2023). Kemkes.go.id. https://ayosehat.kemkes.go.id/pentingnya-mengukur-status-gizi-anak-secara-rutin
  2. ‌Login. (n.d.). Lib.ui.ac.id. Retrieved September 29, 2023, from https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314222-S_Sarah%20Salim%20S.%20Alatas.pdf
  3. ‌Iis Susanti, Rindit Pambayun, & Fatmalina Febry. (2023). Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Umur 2-5 Tahun pada Keluarga Petani di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 3(2). https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/98
  4. ‌Gizi. (2019). Unicef.org. https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi
  5. ‌Tentukan Status Gizi Anak, Tak Cukup Bandingkan Berat dan Panjang Badan. (2018). Jatengprov.go.id. https://jatengprov.go.id/publik/tentukan-status-gizi-anak-tak-cukup-bandingkan-berat-dan-panjang-badan/
  6. ‌IDAI | Kurva Pertumbuhan WHO. (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/professional-resources/kurva-pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who
  7. ‌Malnutrition in children. (2022). Who.int. https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/malnutrition-in-children
  8. ‌IDAI | Mengapa Ibu harus menyusui ? (2013). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengapa-ibu-harus-menyusui-2#:~:text=ASI%20adalah%20nutrisi%20terbaik%20dan,perkembangan%20otak%2C%20dan%20pertumbuhan%20bayi.
  9. ‌Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan Indonesia - Direktorat P2PTM. (2013). Direktorat P2PTM. https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia
  10. ‌IDAI | Mencegah Anak Berperawakan Pendek. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mencegah-anak-berperawakan-pendek
  11. ‌Superadmin. (2019, March 28). Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting
  12. ‌PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020. (n.d.). https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660187306_961415.pdf


Artikel Terkait