11 Penyebab Anak Tantrum, Ciri, dan Cara Mencegahnya
Anak tantrum yang wajar hanya 1 kali sehari atau 3 kali seminggu. Lebih sering dari itu, penyebab anak tantrum mungkin masalah kesehatan atau psikologis tertentu.
Ditulis oleh :
Tim Penulis
Banyak yang bilang penyebab anak tantrum adalah temperamen turunan orang tuanya. Anggapan ini tidak tepat, lho. Yuk, pahami penyebab tantrum pada anak agar Ibu bisa mengantisipasinya dengan tepat!
Apa Penyebab Anak Tantrum?
Tantrum adalah ledakan amarah dan frustrasi anak yang tidak terkendali. Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab tantrum pada anak adalah:
1. Menginginkan Perhatian
Penyebab tantrum yang paling umum adalah anak ingin mendapatkan perhatian orang tua. Di usia ini anak sangat ingin menunjukkan kemandirian, tapi masih mendambakan perhatian Ibu dan Ayahnya.
Ketika si Kecil menyadari ia tidak mendapatkan perhatian (mungkin Ibu sedang sibuk beres-beres dan tidak bisa ditinggal sedangkan Ayah sedang bekerja), emosi si Kecil akan meluap-luap.
Ledakan emosi ini terjadi karena konflik batin yang anak rasakan. Ia merasa tidak dipedulikan, tapi belum bisa bicara lancar untuk menyampaikannya pada Ibu.
2. Tidak Mendapatkan Apa yang Diinginkan
Penyebab anak tantrum yang juga umum adalah keinginan yang tidak terpenuhi. Misalnya, si Kecil minta dibelikan mainan baru tapi karena satu dan lain hal, Ibu tidak bisa mengabulkannya.
Anak kecil belum tahu caranya memproses rasa kecewa yang begitu hebat. Mereka hanya tahu yang mereka rasakan itu tidak enak, sehingga timbullah tantrum sebagai cara mengekspresikan konflik batinnya.
3. Perutnya Tidak Nyaman
Penyebab anak tantrum juga bisa karena si Kecil merasa tidak nyaman di situasi tertentu atau ada yang aneh dengan tubuhnya, tapi tidak bisa mengekspresikan rasa sakit itu secara verbal.
Misalnya, si Kecil merasa perutnya sakit karena kembung tidak sembuh-sembuh, tapi ia sendiri tidak tahu kenapa perutnya bisa sakit. Pencernaan yang tidak nyaman bisa membuat anak 2x lebih rewel.
Contoh lainnya adalah sakit emosional, yaitu ketika ada anak lain merebut mainannya. Si Kecil tantrum karena tidak bisa menjelaskan dengan baik kenapa ia merasa marah mainannya diambil.
4. Terlalu Banyak Konsumsi Gula
Makanan kemasan seperti permen, jus, minuman kemasan, dan coklat batangan umumnya diproses dengan tambahan gula berlebih.
Asupan gula berlebih dapat meningkatkan kadar gula darah anak lalu turun dengan sangat cepat. Kadar insulin dalam darah yang tidak stabil dapat memicu anak tantrum.
Selain itu, gula adalah karbohidrat, dan sebagian besar makanan yang mengandung karbohidrat dapat menyebabkan kembung karena gas yang membuat perut si Kecil jadi tidak nyaman.
5.Belum Bisa Komunikasi Lancar
Kemampuan berbahasa anak usia 1-3 tahun baru mencapai 75%, sehingga sangat wajar jika ia belum mampu berkomunikasi dengan efektif untuk menyampaikan apa yang ia rasakan.
Jika sudah merasa frustasi, tidak heran jika ia mengekspresikan apa yang dirasakan dengan tangisan histeris.
6. Menghindari Hal yang Tidak Disukai
Anak usia 1-3 tahun biasanya sudah memiliki apa yang disuka dan tidak.
Ketika anak dipaksa berhadapan dengan hal-hal yang tidak ia suka, ia bisa menunjukkan pemberontakan atau penolakan dengan tantrum.
Contohnya saat Ibu memberi tahu waktu bermain sudah habis dan ia harus pulang ke rumah untuk tidur siang, atau ketika diminta membereskan mainan yang berantakan setelah bermain.
Baca Juga: 7 Cara Stimulasi Keterampilan Emosional Anak Lewat Kegiatan Seru
7. Kurang Tidur
Kurang tidur ternyata dapat menjadi penyebab anak tantrum karena merasa kecapekan.
Kelelahan mempunyai efek buruk pada perilaku anak dengan membuat kelenjar adrenal (yang mengatur respon terhadap stres) bekerja lebih aktif. Alhasil, anak jadi lebih sulit mengendalikan diri.
Jadi ketika si Kecil kecapekan, ia cenderung menunjukkan perilaku yang mengganggu sekitar, seperti tantrum.
8. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang membuat anak sulit fokus dan konsentrasi.
Beberapa gejala ADHD yang paling umum terlihat di antaranya adalah anak menjadi hiperaktif, impulsif, dan kurangnya perhatian.
Seorang anak dengan ADHD akan sering merasa frustasi saat menghadapi situasi yang memicu gejala kondisinya. Hal inilah yang dapat menyebabkan tantrum.
9. Autisme
Gangguan spektrum autisme juga bisa menjadi penyebab anak tantrum. Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi perilaku dan komunikasi anak.
Akibatnya, saat mereka mengalami overstimulation (stimulasi berlebih) atau tidak dapat mengkomunikasikan hal yang diinginkan, ia akan bereaksi dengan rasa kesal, marah, dan frustasi.
10. Gangguan Cemas
Tak hanya orang dewasa, balita juga bisa mengalami kecemasan. Beberapa di antaranya bisa saja mengalami kecemasan akibat stres atau trauma serius, baik secara psikologis atau fisik.
Emosi negatif seperti kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, dan kemarahan bisa sangat membebani batin anak-anak.
Gangguan cemas biasanya ditandai dengan sulit tidur atau terbangun di tengah malam akibat night terror (mimpi buruk terus-terusan), hingga sering tantrum.
11. Gangguan Mood
Beberapa anak balita ada yang lebih berisiko mengalami disruptive mood dysregulation disorder (DMDD) atau gangguan mood sehingga sangat rentan mengalami tantrum.
Ciri Anak Tantrum
Anak tantrum mungkin menunjukkan perilaku mengganggu seperti rewel dengan teriakan histeris dan berguling-guling di lantai, atau perilaku agresif seperti menendang dan memukul.
Ciri-ciri anak tantrum umumnya adalah:
- Merengek.
- Menangis.
- Berteriak.
- Menendang.
- Memukul.
- Mencubit.
- Menggigit.
- Mendorong.
- Menahan napas, yang disebut juga dengan breath holding spells.
- Tubuhnya menjadi lemas atau kaku, sehingga Ibu kesulitan memindahkan posisi si Kecil.
Tantrum bisa bersifat fisik, verbal, atau keduanya. Satu episode tantrum pada anak biasanya berlangsung antara 2-15 menit.
Anak Sering Tantrum Apakah Normal?
Walaupun sering membuat Ibu kewalahan dan frustasi, tantrum adalah bagian normal dari perkembangan emosi anak usia dini.
Fase tantrum umum dialami anak pada usia 1-3 tahun dan akan hilang memasuki usia 4 tahun atau ketika anak mulai sekolah karena sudah bisa berbicara lebih lancar dan fasih.
Wajarnya, anak tantrum 1 kali dalam sehari atau sekitar 3 kali seminggu, dengan durasi 2-15 menit. Jadi, waspadai juga ciri anak tantrum yang tidak normal dan melewati batas, antara lain:
- Tantrum lebih dari 10 kali dalam satu bulan atau lebih dari 5x sehari.
- Mengamuk lebih dari 15 menit tanpa berhenti.
- Melukai diri sendiri, misalnya menggigit lengan sendiri, menjambak rambut, membenturkan kepalanya ke dinding, memukulkan benda keras ke kepalanya sendiri.
- Melukai orang lain, misalnya dengan memukul, mencakar, menendang, atau melempar benda keras ke arah orang lain.
Amukan yang lebih dari 15 menit dengan perilaku kejam mungkin menandakan akar penyebab anak tantrum berasal dari masalah yang lebih serius.
Jadi jika anak Ibu mengalami tantrum berkepanjangan, secepatnya konsultasi ke dokter atau psikolog spesialis anak.
Ibu juga bisa langsung hubungi Tim BebeCare yang siap merespon cepat 24/7 untuk mendampingi Ibu menghadapi anak tantrum.
Bagaimana Cara agar Anak Tidak Tantrum?
Tantrum adalah cara anak meluapkan amarah dan frustasinya. Meski ini adalah fase normal dalam perkembangan anak, ada banyak cara yang bisa Ibu lakukan untuk mencegah anak tantrum.
1. Biasakan Komunikasi Terbuka
Ibu dapat bantu mengurangi penyebab anak tantrum dengan membiasakan komunikasi yang baik dan tanpa emosi di rumah.
Komunikasi yang baik membantu si Kecil merasa didengarkan dan dicintai oleh orang-orang terdekatnya.
Komunikasi verbal secara dua arah juga membantu anak belajar bagaimana caranya mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan cara yang sehat dan kalimat yang runut.
Baca Juga: Cara Disiplinkan Anak Tanpa Marah-Marah Lewat Metode Time Out
2. Batasi Konsumsi Gula
Pada beberapa kasus, penyebab anak tantrum mungkin karena kebiasaan makan makanan yang tinggi gula, seperti dari permen, kue-kue kering, dan jajan minuman manis (soda, jus kemasan).
Gula dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat dengan cepat lalu turun lagi dengan cepat.
Tantrum cenderung terjadi ketika kadar gula darah anak turun secara tiba-tiba setelah makan makanan manis tinggi gula.
3. Cukupi Kebutuhan Gizinya
Sediakanlah menu makan yang bergizi seimbang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak sehat, serat, vitamin, juga probiotik dan prebiotik untuk memelihara koloni bakteri baik dalam usus si Kecil.
Sebab, penyebab anak tantrum dan rewel mungkin karena rasa tidak nyaman dalam perutnya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa selain membantu menjaga pencernaan, bakteri baik usus juga bisa bantu menjaga mood anak tetap baik.
Sebagai cara menjaga koloni bakteri baik di usus si Kecil, Ibu juga bisa lengkapi dengan asupan probiotik dari susu pertumbuhan tinggi serat dengan kandungan 0% sukrosa seperti Bebelac Gold.
Bebelac Gold diformulasikan dengan Triple Comfort untuk mendukung pencernaan dan menjaga mood baik si Kecil, juga Triple Fiber (FOS:GOS 1:9 dan sari pati jagung) serta Triple A (DHA, LA, ALA) untuk tingkatkan daya pikir kreatif dan kemampuan bersosialisasinya.
4. Bantu Anak Mengenali Macam-Macam Emosi
Anak usia 1-2 tahun biasanya mulai menyadari emosi yang mereka alami pada situasi tertentu, tapi belum bisa membedakan kapan ia marah, sedih, atau kecewa.
Untuk membantu si Kecil memahami perasaannya sendiri, Ibu dapat memvalidasi apa yang ia rasakan. Lalu ajak si Kecil belajar tentang nama-nama emosi yang benar supaya ia bisa mengekspresikan perasaannya dengan cara sehat.
Misalnya, “Adik menangis karena sedih mainannya diambil Abang, ya?” atau “Adik marah sama Ibu karena tadi Ibu nggak denger dipanggil-panggil terus?”
Bisa juga dengan sebuah permainan. Misalnya, membuat beberapa macam topeng dengan ekspresi yang berbeda lalu minta anak menebak atau menjelaskan kapan saja ia merasakan emosi tersebut.
5. Beri Anak Kesempatan Ekspresikan Emosinya
Mendiamkan anak tantrum lama-lama bisa menyebabkan anak suka memendam perasaannya.
Jadi, lebih baik bantu anak mengekspresikan perasaannya dengan cara yang tepat agar keterampilan manajemen emosinya ikut berkembang.
Ibu bisa coba ajak ngobrol seperti “Ibu minta maaf ya. Adik boleh marah sama Ibu, tapi jangan teriak-teriak, ya, karena itu nggak baik. Coba cerita sama Ibu kenapa Adik marah?”
Atau, “Adik boleh menangis kalau lagi sedih, kok. Pasti rasanya nggak enak, ya, mainan kesayangan Adik diambil Abang?”
6. Bantu Anak Luapkan Emosi dengan Cara yang Sehat
Saat anak mulai rewel dan tantrum, bantu si Kecil meluapkan emosinya dengan baik.
Bantuan di sini bukan dalam artian “sogokan” berupa snack, permen, atau mainan baru sebagai iming-iming agar berhenti tantrum, ya.
Tapi lebih kepada peluk hangat, nyanyian, candaan, atau hal lain yang bisa membuatnya merasa lebih tenang.
Sebagai contoh, “Adik lagi sedih ya? Peluk Ibu, yuk, supaya sedihnya hilang” atau “Ibu harus apa supaya Adik mau baikan lagi dan nggak marah sama Ibu?”
Baca Juga: 6 Cara Ampuh Mengatasi Anak Tantrum Tanpa Marah-Marah
7. Pastikan Anak Cukup Tidur
Pastikan anak Ibu cukup tidur. Jika waktu tidurnya terlalu sedikit atau ia terbiasa tidur larut malam, anak akan menjadi hiperaktif, mudah rewel, dan berperilaku ekstrem.
Tidur yang cukup dapat mengurangi episode tantrum secara signifikan. Anak usia 1-2 tahun perlu tidur 11-14 jam sehari dan anak usia 3-4 tahun butuh tidur hingga 10-13 jam per hari.
Jangan lupa gabung di Bebeclub untuk dapatkan lebih banyak tips dan informasi parenting terbaru!